« Home | Keteladanan semut kecil (sebuah puisi0 » | idealisme dan bapak berkemeja putih (sebuah puisi) » | idealisme dan bapak » | Satu nama (sebuah puisi) » | Kabar Berbisik ( sebuah puisi) » | Juang dan Pikir (sebuah puisi) » | Intelektual XY (sebuah puisi) » | Aura Samudera II (sebuah puisi) » | Aura samudera I (sebuah puisi) » | Terpinang Senyum (sebuah puisi) »

Aral stasiun (sebuah puisi\)

di stasiun kereta
mataku tertumbuk
pada sederetan pencari nafkah
dan berbagai karekter manusia

Aku awalnya tak perduli
bahkan enggan tersenyum
kemudian kulihat binar di matanya
yang menyapa pada kepedihan tatap

Kurasakan tubuhku bergetar
keangkuhanku berlutut
ternyata aku juga manusia lemah
layaknya mereka yang mengadu nasib di koridor stasiun

Jogja(stasiun lempuyangan),15 februari 2006