Thursday, December 07, 2006

Terbunuh Imaji (sebuah puisi)

dalam mimpi ketemukan duniaku
penuh warna dan canda
kudirikan rumah di tepi pantai
dipagari ombak beratap langit langit biru
kupanggil sahabat-sahabat jiwa
mendendangkan lagu hati
bermelodi angin sepoi
bertabuh genderang gelombang

tak ada yang mengusik mimpiku
bahkan mereka berlomba
menghiasinya dengan latar mega merah dan siulan camar
kurasakan mimpiku benar-benar nyata

jilatan air membasahi ujung jemariku
tetapi aku terus melangkah
hingga tubuhku tertelan gelombang
aku tenggelam, dadaku sesak
oksigen tak berani menyelamatkanku
aku hamper mati
tenagaku tinggal sepenggal
rumah impianku lenyap
gemuruh ombak semakin keras
langit mendung, aku kini telah mati
dalam mimpi yang kucipta sendiri

makassar, senin(27 Nov 2006)

sosok dalam imaji (sebuah puisi)


memandangmu dalam kebisuan
terkisah cerita dari redupnya tatapan
tentang satu sosok
yang pernah berteduh di sana
melakonkan teater kebengisan
merobek-robek kornea matamu
hingga tak mampu lagi menembus bias sinar

mencandaimu lewat tulisan
kudapati lelucon bidadari mungil
bergaun doraemon dengan kantung ajaibnya
darinya kau kabulkan apa saja
yang kuminta
meski kuingin terbang kelangit ketujuh

memikirkanmu dalam doa
ruang kosong akalku
tak mampu kau isi
bukan dengan sosokmu
bukan dengan senyummu
aku tak mampu memanggilmu
bersama bermain ayunan
lewat neuron-neuron otakku

aku hanya bias menatap
tapi tak kujangkau
aku hanya bias rangkai cerita
dan menghidupkanmu di sana
karena kutemukan duniamu di situ
karena engkau mungkin tak ada
dan tak bias menjelma dalam duniaku

makassar, rabu (6 Desember 2006)

Revolusi Sebutir Debu (sebuah puisi)


Beruntunglah engkau dicipta dalam gejolak
Disaat api tak hanya membara dalam sekam
Dan pecahan beling
Tak hanya menusuk satu orang
Beruntunglah engkau dapat
Merasakan indahnya sebuah fitnah
Saat kebenaran berjalan menjahui logika
Dan sugesti menjelma belati
yang siap menerjang dadamu

beruntunglah engaku masih tegar
oleh sebuah senyum
disaat orang-orang di sekelilingmu
bermain dadu dan kartu ramalan
menaruh idealisme di telapak kaki
ambisi di atas kepala
saat berontak berbalas jeruji
beruntunglah, engkau masih teriak "tidak"
di antara letupan senjata
sederetan manusia berseragam

meski revolusi sudah tak bermakna
tak lebih dari tarian anarkis
dan nyanyian antagonis
setidaknya kita pernah duduk bersama
bercerita tentang revolusi
saat pandanganmu menangkap
butir-butir debu
yang menempel pada sederetan meja
tempat pendahulu kita bercengkrama
yang konon kabarnya mencetuskan misi revolusi

beruntunglah revolusi diterjang badai
menyisakan butir-butir debu di pundakmu
setidaknya aku masih bisa
menghapusnya dengan telapak tanganku tanpa kau minta
karena aku begitu mencintaimu
sebagai pemimpin revolusiku

engkau menamainya revolusi sebutir debu
yang kau cipta dari bentukan telapak tangan
saat engaku mengetukkannya
karena resah dihantam realitas
iya... ini adalah revolusi sebutir debu
revolusi yang tak butuh rupiah
tak butuh pengakuan dan retorika
melainkan hanya ingin
kumpulan titik-titik debu menjelma sahara

makassar, selasa(5 Desember 2006)
buat : pak presiden BEM UNM...........tetap semangat!!!aku berharap engaku bisa membaca puisiku ini secepatnya. oh ya...tubuh emang bisa dipenjara kawan but pikiran TIDAK!!!!!!!!!!

Jejak Tersisa

    Nama :
    Web :
    Jejak :
    :) :( :D :p :(( :)) :x
Muchniart Production @ 2006