Saturday, December 31, 2005

Harapan (puisi titipan dari sahabat)

Detak-detik waktu kunantikan
Membesarkan hati dalam perantauan langkah kaki
Memejamkan pekat malam dan bintang jauh di sana
Aku ingin mengenang masalaluku, aku ingin berbagi cerita duka dan cita

Kukenang semua dengan harapan sama
Hanya kata menebarkan senyum dan geli dari wajahku
Bertahun aku hanya impikan semua itu
Sepi malam tanpa rasa, terkilas semua kisah dulu

Rongga dada mengembang ingin terbang pada masalalu
Sekedar ingin temui rindu, mengenang semua itu
Berkumpul mengingat batas-batas asa, canda, dan tawa
Rindu ini bergejolak sepanjang hari
Cepatkanlah langkah akhir penantian ini.

ASSALAMUALAIKUM WR. WB
UDIN

Sunday, December 25, 2005

Kidung Pagi ( sebuah puisi )

Selamat pagi mentari
biarkanlah cahayamu
menyusup di sela-sela
kekosongan hati manusia
yang sempat terjaga
dalam buaian malam
tetaplah engkau kirimkan
kehangatan kasih
pada diri mereka yang beku

Dengarlah nyanyian nuri
membelah ranting akasia
menemani langkah pencinta pagi
yang memulai hari penuh harap
akan rezki yang digariskan untuknya
ajarkanlah mereka
bahwa hidup adalah seni
yang tertulis dalam ritme alam
agar tak ada kecemburuan
dan sisa-sisa hasrat kuasa terhapus
sehingga berkah menjadi halal

Lihatlah awan putih
berjalan beriringan di atas ar's
mengirimkan keharmonisan
mengajarkan keselarasan
buanglah benci dalam hatimu
agar putihnya awan tak berubah mendung
hiruplah kesegaran udara pagi
agar kebengisan terselubung
menjelma sayang
karena kita adalah sama
kecuali takwa di mata Tuhan

makassar, 22 desember 2005

Aura Cinta Wanita Bermata Cerlang (sebuah puisi)

Bara kerinduan
mulai tersulut
saat hembusan prakata
kembali terdengar
mereka mengorek
tumpukan memori masa kecilku
akan cinta wanita bermata cerlang

Pagi itu
22 desember 2005
entah apa yang mengawali
sehingga keagungan sosok wanita itu dinobatkan
perih rasanya
sebab rangkaian mawar
yang kupersiapkan sedari belia
tak sempat kusemat
lantas engkau pergi

Seiring berlalunya waktu
alunan tembang usia
mengirimkan pelita semangat
bahwa Cinta tak dapat dinilai
dengan hadirnya sekuntum mawar
karena is akan gugur dan layu
akan tetapi rasakanlah wanginya
hirup dan simpan dalam hatimu
sehingga ia akan hadir
kapanpun engkau memanggilnya
kesegaran aromanya
tak akan berubah
layaknya aura Cinta
wanita bermata cerlang yang kupuja

makassar, 22 desember 2005

Pejamkan Matamu (sebuah puisi)

Pejamkan matamu
dan jangan kau buka
sebelum aku kembali
sebab sebentar lagi
kobaran jihad
akan tersulut
dan perisai kebenaran
harus ditegakkan

Pejamkan matamu
dan janganlah menangis
karena air matamu
adalah titik lemahku
relakan aku bersama meraka
lupakanlah kenangan masa kecil kita
karena engkau memilih pasrah
sementara aku tidak

Pejamkan matamu
jangan menatap kepergianku
karena kutahu hatimu pasti terluka
biarkan tetap terpejam
hingga aku datang
mencium tanganmu
dan sujud di telapakmu
dengan simbahan keberhasilanku

Makassar, 21 Desember 2005

Bisiki Hatimu (sebuah puisi)

Coba kau tanya
pada hati kecilmu
masihkah seculi gumpalan
daging itu punya rasa kemanusiaan?
Jika ia, lantas mengapa
seorang bapak berpakaian kumal
terpaksa menggayuh
roda tiganya dengan kaki
yang terbungkus
kulit tanpa daging
sementara engkau hanya
tersenyum penuh kemenangan

Cucuran keringatnya
kau hargai dengan
kepingan seribuan
padahal jalan begitu terjal
dan hujan mengguyur deras
Pantaskan? Sekali lagi
bisikkan kata ini pada hatimu
kecuali jika ia telah mati
dan kau benar-benar
menjadi monster jalanan
dengan rantai nafsu
beserta gelang keserakahan
dihiasi dengan pewarna rambut kebengisan
karena kau ingin terlihat gagah
agar semua orang takluk

Ayolah... bisiki hatimu
sebelum bapak itu menangis
karena Tuhan telah kau hina
lewat jeritannya
sebelum aku mengutukmu
dalam lafazt doaku
yang terijabah oleh sinar kebenaran

Makassar(tol reformasi), 16 Desember 2005
toek brandal jalanan yang menindas pabak tukang becak di tol reformasi

Persahabatan Maya (sebuah puisi)

Atas nama persahabatan
kumulai permainan ini
kata sapa silih berganti
dan entah kapan akan berakhir
sebab seiring dengan bisikan waktu
engkau begitu terasa dekat
dalam ikrar persahabatan maya

Meski garis wajah
tak pernah beradu
lukis senyum
tak merayu kanvas
dan genggam tangan
tak pernah bertaut
tetapi sebuah dunia menjalin
bifurkasi dua insan

Dunia tanpa rupa
tetapi mwujud
dunia tanpa basa-basi
yang memendam beribu makna
dunia yang buram
tetapi menawarkan lentera
dunia imaji yang merealitas
dan itulah dunia
pemuja persahabatan
bersama lembah perkawanan maya

makassar, 21 Desember 2005

Diamku Tak Bisu ( sebuah puisi )

Sedang kududuk
kala sapa tanya
perlahan terhembus
tetapi terus kubungkam
dan terbalas dengan tajamnya sorotanmu

Kutahu kau kesal
padahal aku tak mengapa
sebab tanya tak mesti kujawab
biarkan ia
menerobos tirai-tirai
tradisi yang kau pertuhankan

Sesaat engkau turut terdiam
kitapun sama-sama
terbenam dalam permainan imaji
yang bertaut dengan alunan serunai
ingin kuberucap
biarkan diam melukis damai
tetapi hentakan kaki
beralas sepatu berbahan lumpur
memanggilmu pergi

Kini pendar ceria hilang
lulutku kian tertekuk
karena belum sempat
kubisiki engkau kalimat berontak
sebab ku tak ingin
rasionalitas hilang
karena diamku tak selamanya bisu

makassar (BALATKOP), 17 Desemberr 2005

Ku Benci Kau Dalam Shalatku ( sebuah puisi)

Lafazt takbir mulai kuucap
tetapi yang tampak adalah senyummu
dan ketika aku mencari lentera
menepaki jalan berliku
menuju lurusnya jalan keberkahan
engkau meraih tanganku
untuk bersama ke lembah
pertarungan rasa

Aku berontak tidaaaaaak
karena saat ini
kuingin bercinta dengan-Nya
waktuku tak cukup
untuk duniamu
karena kita ditakdirkan berbeda

Izinkan aku menghapus bayangmu
untuk yang kesekian kalinya
karena sekarang
kuingin belajar hakikat Cinta
yang tak pernah kudapat darimu

Kuingin kau pergi
sebelum aku benar-benar murka
lantaran seringnya kau rampas khusukku
setiap kutegak ke arah kiblatku
maafkan aku
untuk saat ini
kubenci kau dalam sembahku

makassar( BALATKOP ), 15 Desember 2005

Tuesday, December 20, 2005

Manusia Aneh ( Sebuah Puisi )

Dalam perjalananku pulang
menelusuri gang kecil tanpa selokan
aku sempat melihat sosok yang tak jelas
tertawa lalu menangis
sangat miris terdengar
meskipun bau apek sampah
tak karuan mengaduk
lubang hidungku
tapi perhatianku tetap
tertuju pada wanita berambut lurus

Dia, meratap dalam kepiluan
Dan tertawa seakan-akan
dalam sekejap kejaran gundahnya hilang
Siapakah dia?
aku juga tak tahu
yang jelasnya
sekarang dia berjalan kearahku
dan sesekali menjambak rambutnya
dan menggertakku dalam bahasa aneh
Iya..inilah bahasa hati
manusia yang teraniaya

makassar, 20 desember 2005

Dualisme Malam ( sebuah puisi )

Jika semburat hitam
telah membunyarkan pandangan
banyak yang ceria
dan ada pula yang meratap
sebab malam adalah
arena kepahitan hidup
altar kepura-puraan semata
lukisan kepasrahannya
dan mimpi buruk bagi langit

Coba kau tanya
pada rumput kecil
apa arti malam baginya
yang jika gelap
ribuan telapak mencerca
sapuan tangan kasar
mencerabut dan dia pun terkapar

Lalu temuilah setiap atap
bukankah malam..
memaksa mereka untuk
terdiam dalam kepahitan?
dan terbenam dalam
kutukan nasib

Lantas liriklah
hamba pada keheningan malam
akan kau dapat
keberserahan diri
dalam khusuknya sujud seorang hamba
karena malam tak selamanya kelam
tapi kekelaman
akan mencerminkan perenungan
inilah dualisme malam

makassar, 20 desember 2005

Tuesday, December 13, 2005

Bunda Berhati Sutera ( Sebuah puisi )

Sapuan gaun kasih
sengaja kau usapkan
di wajahku yang letih
sebab kau tahu
aku yang rapuh

Tatapan kesenduan sinar
membenamkan aku
pada kebeningan telaga
bermuara kasih sayang
karena kaulah yang paham
akan siapa aku

Tiada belaian
yang melebihi lembutnya
sentuhan bunda berhati sutera
saat susupan jemarimu
kurasa syahdu
menelusuri belahan rambutku
yang mulai gugur
oleh jambakan keterpisahan

Jika coba kubayangkan
hadirmu dalam hadirnya
maka tetap engkau yang kupilih
mendiami tahta istana hatiku
walau uluran tangan-Nya
yang kau sambut kemarin
telah menjauhkanmu dariku

Meski kakiku merangkak
dalam amputasi cinta
yang terkoyak
ketegaran yang kau titip
akan berusaha kumaknai
agar aku bisa menjadi perempuan
dewasa dalam perjalanan hidup

Kuharap hadirmu
dalam langkahku
menitip keindahan nirwana
lewat siluet senyum
bundaku yang berhati sutera

Makassar, 12 Desember 2005
Puisi ini kutitipkan untuk bunda sebagai pengantar perjalananya di alam yang lain. Puisi ini untuk mengenang 8 tahun kematian bunda (beliau wafat tgl 12 desember 1997) Bunda dihatiku engkau tetap ada dan doakan aku agar cepat berhasil memenuhi impianmu dulu.

Semburat Hidup ( sebuah puisi )

jangan coba bakar serabut
jika kau tak undang asap
sebab kepulannya
akan menghalangi
sinaran pandang
yang kau lukis jernih

Jangan berani membelah kelapa
jika tak kau siapkan belanga
penampung air
sebab walau setetes
ia akan melepas
dahaga musafir

Demikian hal hidup
yang kau jalani
selalu saja ingin bersua dengan pilihan
sehingga jika emas yang kau harap
maka hadirkanlah sebutir labu
yang ditanam pada ladang iman

Dan jika kalu pilih tikaman duri
maka peliharalah ikan
di air lusuh
ia akan menghadirkan
tulang yang kotor lagi tajam

makassar, 13 Desember 2005

Wednesday, December 07, 2005

Di tengah Kabut Kutemukan Dia ( sebuah cerpen)

oleh : art 02



Udara pegunungan ternyata memang sangat sejuk, meskipun sesekali udara sejuk itu berubah menjadi dingin, namun bagi Tiara dan kawan-kawannya, hal itu nggak menjadi masalah. " Namanya juga Mahasiswa Pencinta Alam (MAPALA), harus kuat dong dan nggak boleh manja". Okey ….. sahut Elvira menyemangati Dianra yang mulai kehabisan tanaga saat mereka hampir mencapai puncak gunung Latimojong. Sebuah ekspedisi akhir tahun yang sangat mengasyikkan, ditambah lagi pemandangannya yang betul-betul alami dan tebaran edelways yang menebar pesonanya.

Tepat pukul 20.00 WITA rombongan MAPALA telah berhasil mencapai puncak gunung, tenda mulai dipasang, tungku dinyalakan dan suara canda tawa menggema meskipun pancaran kelelahan menghiasi wajah mereka." Kak Ryan, tenda yang diujung sana, buat kami berdua yach " sahut Tiara pada Ryan sebagai ketua rombongan. " Iya …. dech, tapi kalau kalian mau gabung sama anak cowok, nggak apa-apa juga sich " jawab Ryan dengan nada bercanda. " nggak mau, akh". Teriak Tiara dan Elvira secara serentak. Kebetulan dalam ekspedisi kali ini hanya mereka berdua, kaum hawa yang nekat ikut diantara delapan orang kaum adam.
Setelah tiga hari menghabiskan waktunya dipuncak gunung, akhirnya mereka bersepakat untuk kembali karena persediaan makanan sudah semakin menipis. Sesampainya di kaki gunung mereka memutuskan untuk beristirahat di kediaman pak kades. " Seabaiknya kalian istirahat dulu, soalnya di desa ini kendaraan hanya ada pada waktu-waktu tertentu, jadi kalian harus sabar yach" kata pak kades saat menerima tim MAPALA ini. Malam yang berkabut menyelimuti mereka yang sedang tertidur pulas. Namun hingga pukul dua belas malam mata Tiara enggan untuk terpejam. Sesekali ditatapnya tarian tirai jendela yang dipermainkan oleh angin dan sayup-sayup ia mendengar sebuah nada aneh. Rasa penasaran membaluti pikirannya. " Siapa yach, yang lagi melantunkan kalimat Ilahi ditengah malam begini?". Ia mencoba membuka tirai yang membatasi pandangannya dan diseberang sana terlihat jelas seorang wanita tengah melakukan sebuah ritual suci. Selang beberapa waktu terdengar lagi raungan yang begitu memilukan. Rasa penasaran Tiara semakin memuncak. Ia menoleh ke arah Elvira yang sedang terlelap. " Haruskah aku membangunkan dia". Tiara tidak tega mengganggu kawannya itu.

Lama Tiara berpikir sementara tangisan diseberang sana tidak kunjung reda. Didorong rasa ingin tahu Tiara berlari menembus tebalnya kabut malam mendekati sebuah surau, tempat asal suara itu. Tetapi saat Tiara menginjakkan kaki didepan pintu surau, seorang gadis berjubah putih berlari menjauhinya dan tenggelam ditelan kabut mala. Tiara tidak berkata apa-apa dan langsung kembali ke kediaman pak kades. Keesokan harinya saat mereka sedang berhadapan dengan sarapan pagi, beribu pertanyaan yang berpendar dibenak Tiara yang tak mampu dibendungnya. " Pak ….. semalam aku melihat seorang wanita di surau sana". Tanya Tiara pada pak kades. " Oh…. Dia itu wanita gila nak, nggak usah dipikirkan". " Akh …. masa sich pak, padahal semalam aku dengar ngajinya bagus banget dan tajwidnya juga benar". Tiara agak ragu dengan jawaban pak kades. " Dulu dia itu wanita yang pandai, tetapi setelah kuliah di kota, kata orang dia ikut ajaran sesat dan bertingkah yang aneh-aneh ditambah lagi penampilannya berubah total. Jadi orang tuanya memulangkan ke desa untuk menyembuhkan penyakitnya".
Mereka saling bertatapan dan mata mereka semakin memancarkan beribu tanya. " Aku nggak yakin wanita itu gila " Tiara mulai angkat bicara saat mereka melintasi tepi sungai didesa itu. " Terus rencana kamu apa Ti…" tanya Elvira " aku akan berusaha mendekati gadis itu". Elvira tersenyum karena dia tahu bangat siapa Tiara, gadis yang takkan pernah berhenti jika rasa penasarannya belum terjawab. Malam kembali menyapa dan membuai insan-insan dalam dekapannya. Tiara dan Elvira berusaha melawan rasa kantuknya. Mereka telah sepakat untuk membuka teka-teki tentang gadis itu malam ini. " Krik….krik….krik", sesekali suara jangkrik terdengar. " Ti…. sekarang sudah pukul tiga dini hari tapi kok, suara gais itu nggak kedengaran". " Aku juga heran dech, atau kita ke surau aja untuk memastikan gadis itu ada atau tidak" . Okey …..jawab Elvira.

Mereka melangkah menuju sebuah surau. Dan mereka sangat terkejut menyaksikan seorang gadis tengah duduk bersimpuh dengan linangan air mata. Tiara dan Elvira mendekati gadis itu dan mengucap salam secara bersamaan. Gadis yang disapa terperanjak karena dia tak tahu ada orang di surau ini selain dia. Gadis itu menjawab salam mereka dan bergegas pergi. Tiara mencoba menahan langkah gadis itu . " Jangan pergi", Tiara menggenggam tangannya." Apa sebenarnya yang terjadi" tanya Tiara. Gadis itu terdiam dan mutiara putih kini mulai terusik." Mereka nggak adil ….mereka nggak adil". Maksud kamu apa, siapa yang nggak adil. Elvira sangat penasaran. " Mereka menganggap aku gila, katanya aku sesat, mereka nggak mau terima aku dalam keadaan begini". Sambil memperlihatkan potret seorang gadis dengan balutan kerudung besar." Eh Ti ….inikan kak Istiqamah". Tiara memperhatikan potert itu dengan seksama dan ternyata benar, gadis yang berada di foto itu adalah kak Istiqamah, orang yang telah membuat Tiara dan Elvira mengenal diri dan kesucian agamanya. Orang yang telah menyelamatkan mereka dari lembah maksiat dengan penuh kasih. Gadis berjubah putih itu merangkul Tiara dan Elvira sambil berucap " akulah Istiqamah". Tiara dan Elvira tak kuasa menahan tangisnya. " Kami mencari kakak selama berbulan-bulan, tapi kami tidak menemukan kakak, ternyata kakak….." Elvira tak mampu melanjutkan ucapannya." Sudahlah dinda, perjuangan memang butuh pengorbanan, yang jelasnya tidak membuat kita lupa akan diri dan keyakinan kita".

Istiqamah tersenyum kepada kedua gadis dihadapannya kemudian berlalu pergi dan selaksa aura ketegaran terpancar diwajahnya." Akhirnya dalam tebalnya kabut malam kutemukan Dia" desah Tiara dalam hatinya.

Sunday, December 04, 2005

Ada Pelangi Di Terik Mentari ( Sebuah Puisi)

Perlahan dia datang
Menyapa dingin
menjulang tinggi
dengan langkah pongah

Pertemuan awal
terasa sejuk
tetapi selaksa cahaya
dipertengahan siang
kian menyengat

Sekelompok bangau putih
terkesima
kilau sayapnya
terhempas mentari

Sekoyong-koyong terdengar
cekikan segerombolan gadis
berkendara siluet warna
dan sehelai selendang
bersenandung ria
mepermainkan ketenangan kali

Pelangi telah terbit di tengah terik
mengantar gadis-gadis surga
pada kebugilan tubuh
padahal yang kutahu
mereka adalah sosok suci
yang coba mengabaikan
tikaman mentari
demi kesenangan
yang ditawarkan dunia

makassar, 04 Desember 2005

Aku Ingin Mencintai Dengan Sederhana ( Sebuah Puisi)

Pertarungan telah dimulai
menyulutkan kembali
perseteruan iblis dan manusia
petaka tidak akan
pernah sirnah
karena manusia suka tergoda
dan iblislah penggodanya

Sejak awal penciptaan
masing-masing ego berbicara
iblis merasa
pantas dengan kobaran apinya
sedang manusia berucap kuasa
akan sari pati tanah di dirinya

Hingga mewujudlah Adam
sebagai titisan sesepuh langit
yang pertama
tetapi iblis tak mau bersujud
meskipun sabda tuhan
telah mengharuskan
"ini bukanlah pengingkaran pada sesepung langit"
iblis berkata

Maka tampillah keadilanNya
dimana iblis menjadi
bumerang bagi manusia
dan manusia diserahi
amanah kekhalifaan
sekaligus kehambaan
di muka bumi

Sesepuh langit menjadi hakim
pada pertarungan ini
dan tak akan
mungkin pilih kasih
akan kekalahan manusia
jika mereka
memang sepatutnya kalah

makassar, 04 desember 2005

Mencintai Dengan Sederhana (Sebuah Puisi)

Aku ingin mencintai dengan sederhana
Ibarat merpati yang
menjulangkan garis keperakan
dan kicau pipit
menyapa pagi
kusisipkan cinta
mengiringi seruan Ilahi

Aku ingin mencintai dengan sederhana
laksana ketulusan hati
bunda mendekap inangnya
dan sehalus helaian
kapas terbawa angin
kuingin cintaku menderai damai

Aku ingin mencintai dengan sederhana
layaknya sebatang lilin
menjadi lentera cahaya hati
dan bisikan angin
menggoda beringin
sebab mencinta
harus berani berbagi

Kuingin mencintai dengan sederhana
tanpa paksaan
dan bungkaman kamuflase
tanpa rupa
tanpa bentuk
biarkan cintaku
yang menjawab segalanya
dalam jelmaan bidadari lusuh
yang tercipta dari kesederhanaan cinta
Dalam barisan gadis kecil dipinggiran jalan
bersama pengemis buta
bermata tongkat kayu
serta si busung lapar dan korban penggusuran

Aku tak butuh pengakuan
kemewahan cinta
sebab yang mencinta
hanya mampu berjanji
tunggulah...aku
dalam kesederhanaan cinta

makassar, 04 Desember 2005

Saturday, December 03, 2005

Altar Ego ( sebuah puisi)

pukul 09.00 seorang ibu berjalan tergopoh-gopoh
ia menepaki ruang dengan telapak berdarah
tiada siapa yang tahu, apa dan mengapa?
tanpa berkomentar panjang
hamburan kata-kata terucap dari bibirnya
Adil... dimana keadilan-Mu?
disaat aku harus mengais kepingan logam
di pinggiran jalan dengan tatapan hina mereka!!
Apakah Engkau memang pengasih?
kantas mengapa gasid kecilku harus menggantungkan hidupnya
pada recehan yang kuraih hari ini!!

Belum habis ia berucap
pukul 09.00 berikutya
hadir sosok jelita dengan simbahan air mata
Semua ini bukan salahku?
Bukan pula mauku?
tetapi Engkaulah yang mencipta dan merekayasa realitas
Hidupku menjadi seorang pengabdi nafsu
Mengapa sebelum mautku datang
Engkau telah membuka gerbang jahannam buatku?
apakah semua dosa mesti kuemban?

Hingga 09.00 dini hari
Hadir seberkas cahaya yang membisikkan kata :
"dunia adalah altar ego
dimana setiap manusia melakukan pertarungan
jika engkau tak mencoba memahami
maka altar ego dipersiapkan untukmu
jalani apa adanya, karena Tuhan sesungguhnya maha adil"

makassar, 02 Desember 2005

Telaga Berkisah ( sebuah puisi)

Karena datangnya air
tak dapat kutolak
maka kubiarkan hamparannya menggenangiku
bersama riak
yang dipermainkan angin

Aku memang terlahir
dengan aura keteduhan
dari rahim kesucian
dan berayah kedamaian
Ibuku adalah segumpal
kerinduan akan kidung sang pencinta

Jikalau saja
suatu saat kesejukan air
enggan bersua lagi
maka kuharap kenangan
akan hadirnya telaga mimpi
tak terhapus semburat ambisi

sebab kutahu...
tak selamanya aku kan ada
meski sekarang telagaku
masih sejernih
kisah persahabatan dengan sang angin

makassar, 2 Desember 2005
Specialy untuk kak indra... selamat menjalin siraman mentari di hati kk.

Jejak Tersisa

    Nama :
    Web :
    Jejak :
    :) :( :D :p :(( :)) :x
Muchniart Production @ 2006