Tuesday, October 31, 2006

Spektrum Hitam Putih (sebuah puisi)

jarak itu semakin membentang
melewati batas pandangku
warna yang dulu menghiasi jalan kita
terperangkap dalam spektrum hitam-putih
tak ada gemerlap
yang mestinya kita tatap bersama
sebab kabut hitam menyembunyikan gemintang
padahal cahanya itu selalu menyilau
kala duka, menyapa kita

sepotong bulan pun enggan tersenyum
lantaran mendung memperebutkannya
dengan langit cerah kita
padahal dulu, saat kelam
tawa kita tetap berpadu
dengan setitik cahaya
yang kita cari bersama
kelakar begitu mudah tercipta
lantaran banyaknya cerita cinta
perjalanan Karl Marx, Descartes, Lenin,
Imam Khomeni, Ali syariati, Aris toteles, Plato bahkan Tommy&Jerry

aku semakin tertatih
jika harus menepaki jalan berjarak
sebab dayaku tak mampu mengikuti
lantaran kita terlanjur
memasang pagar beton
bersemat kawat berduri
berlapis ego dan kesombongan
padahal jarak itu tak semestinya ada
karena atap kita berpintu satu
meski ada merah, orange, hijau dan biru
yang memainkan melodi di dalamnya
karena dulu kita sama berikrar
untuk berlari di atas pelangi

kini jalanku semakin berjarak
oleh spektrum hitam-putih
mengabaikan warna-warni
bias kromatografi kertas
tak ada lengkungan pelangi!
tak ada lingkaran CINTA!
pautan tangan, tinggal sekedarnya!
ciuman sayang, menjadi langkah!
ucapan salam, menyisakan ritual belaka!
bertanya kabar, apa lagi!
kita telah terjatuh
dalam kubangan HITAM-PUTIH
yang tak semestinya ada
dan saling menghukumi

pondok biru, selasa (12 September 2006)

Goresan Kecil Buat Penyairku (sebuah puisi)

karena kau inspirasiku
kulukis wajahmu dengan penaku
kucandai dirimu dalam imajiku
kusapa dikau di beranda puisiku
berharap kau hadir lewat tarian jemarimu!

karena kau yang mengajariku menghargai hidup
kuminta satu kehidupan darimu
dalam kelembutan bahasa
yang tercitra oleh karyamu
berharap desiran ombak
menghantarkan perahu untukku, menujumu!

karena kau yang pertama mengetuk qalbuku
dengan nyanyian CINTA gubahan rasa
kau lukis aku bagai pagi
tatkala angin seperti mati
kau isyaratkan keteguhan hati
berharap DIA, satukan mimpi dalam jiwa!

karena kau penggerak penaku
kupinta, tolonglah jemariku yang kini kaku
lewat sentuhan puisimu
tentang romansa hidup
berharap buah tanganmu
sekali lagi dapat kubaca
setiap gundah menghantui!

karena kau menghargai kodratku
yang sering dilecehkan oleh kaummu
dan kau tempatkan aku bak teratai putih
kusimpan namamu dalam satu ruang hatiku
berharap malam tak kelamkan kita


Pondok biru, sabtu (28 oktober 2006)pukul 23:14 WITA

buat _MH_.......tak selamanya kelam menyembunyikan bencana
karena dalam kelam begitu banyak rahasia yang harus
dipecahkan. ga usah takut...kk ga sendiri!!!!!

camar dan mega merah (sebuah puisi)

senja, kala menatap senda camar
diantara mega merah
saling berkelebat, memamerkan sayap
dalam perjalanan ke barat

layaknya sekawanan manusia
yang dikalungi kebebasan
tanpa beban, berputar menukik
hinggap sebentar, melepas lelah

diantara lengkingan adzan
dan sepoi angin senja
satu-persatu berkejaran berbagi tawa
menikmati sapuan awan putih

perlahan, mega merah mengabur
sekawanan camar pun hilang
entah kemana perginya
ataukah malam, mungkin menyembuyikannya

pomdok biru, jum'at (27 oktober 2006)

Hidup Sebatang Lilin (sebuah puisi)

dia pernah berkisah
ingin hidup layaknya sebatang lilin
lebur menerjang gelap
memberi sinar pada kedalaman pandang
sampai akupun marah padanya
dan memadamkan hasratnya
mengejar mimpi hidup sebatang lilin

dia bertanya padaku
"bukankah hidup butuh pengorbanan?
itukan yang kau ajarkan padaku?"
meski aura murka itu masih ada
dia tetap ingin menjadi sebatang lilin
yang harus memendam senyum
untuk keceriaan saudaranya
bukankah lilin juga seperti itu?
yang tak ingin terus menyala
sementara yang lain merasa terpadamkan

aku tak rela melihatnya
menjadi sebatang lilin
namun dia terus memaksaku
"engkau melarangku menjadi sebatang lilin
tetapi realitas memaksaku begitu
sebagai konsekwensi kebersamaan hidup
kadangkala ambisi pribadi harus diduakan
untuk kesatuan kita
dan persahabatan dibungkam
agar yang lain tak merasa diabaikan!"
bukankah lilin juga seperti itu?

kukatakan padanya
"justru itu yang tak kumau"
lantas dia tersenyum padaku
"aku sayang padamu
yang melarangku menjadi sebatang lilin
yang tak membiarkanku lebur dalam sunyi
apa yang harus aku lakukan?
aku terlanjur menjadi lelehan lilin
yang luruh terbakar
meski engkau ingin menolongku
semua sudah terlambat
lelehan itu akan menempel di tanganmu!"

"sudahlah sobat!"
aku tak ingin mendengar
engkau juga ikut jatuh
oleh lelehan sebatang lilin
dari saudara kecilmu yang cengeng
cukup aku yang menjadi sebatang lilin
tak usah kau peduli
atau ikut lebur bersamaku
karena sebatang lilin
sudah terbiasa hidup sendiri!

aku tak bisa mencegahnya
perlahan kulihat titik api
membakar kepalanya
terus.... terus ke bawah
hingga seluruh tubuhnya lebur
SELAMAT MENJADI SEBATANG LILIN, KAWAN!

Air Mataku Bukan Untuk Negeriku (sebuah puisi)

air mataku bukan untuk negeriku
tetapi buat bapak si pedagang kerang
yang berjalan tanpa alas kaki
membiarkan telapaknya tertikam kerikil
merelakan kulitnya tersengat mentari

aku menangis untuk telapak kasarnya
karena di sana penguasa negeriku
pameran kilatan sepatu
aku bersedih untuk pakaian usangnya
karena dalam selimut kayu berukir
tumpukan batik licin memberi makan rayap

aku berduka untuk kerut wajahnya dan bau keringatnya
karena dalam istana negeriku
aroma farmum,saling bersilang
perang merek sudah biasa
berbagai kosmetik dilelang
bau keringat jadi kasturi

air mataku bukan untuk negeriku
monster-monster berdasi telah menyihirnya
menjadi sangkar nenek sihir dan burung gagak
meski kini usianya beranjak menua
negeriku juga semakin tergadai
ia menjadi rebutan dalam bursa kuasa
menjadikan pemimpinku layaknya boneka
pajangan etalase kapitalis
berbagai musibah yang melanda
bukannya mengikutkan istiqfar
tetapi menjanjikan lahan investasi

air mataku bukan untuk negeriku
meski kutahu ia sekarang diuji
sebab air mataku telah terkuras
memandikan jenazah si miskin
yang menggadai nyawanya di ranjang putih
air mataku sudah mengering
untuk saudaraku di Papua
busung lapar di kerajaannya sendiri
yang terisolasi karena hartanya dirampas

sekarang titik-titik air mataku yang masih tersisa
sekali lagi bukan untuk negeriku!
tetapi akan kutampung
untuk memberi minum adik-adik kecilku
diperempatan jalan
yang menggantungkan hidupnya
pada tutup botol berkayu
serta kantongan plastik bekas gorengan
sebagiannya, akan kugunakan membersihkan
tubuh saudaraku yang terguyur lumpur panas
oleh mesin-mesin pemaksa alamku
melahirkan semburan uang

tak ada lagi yang tersisa
untuk aku meratapi negeriku
karena aku terlalu lama menunggu
tetapi janji tak kunjung tiba
di hari lahirmu ini
ingin rasanya menciumi telapak nakhodanya
tetapi aku kembali enggan
karena telapaknya begitu halus dan kukunya licin
sentara si bapak penjual kerang
telapaknya mengelupas, kasar!kukunya hitam
setiap hari berjalan puluhan kilo
bersama gerobak dan seember kerang
namun nuraniku berbisik
ciumlah tetapak itu dan menangislah untuknya!

pondok biru, kamis (17 Agustus 2006)

Sepotong Besi (sebuah puisi)

sudah kuperingatkan!
jangan kau seret besi itu
dia akan menggores jalanku
dan merusak pondasi istanaku

tapi,lihat!apa yang kau cipta sekarang!
semua jadi hancur berantakan
menjalin suram
tak ada rasa saling percaya

sepotong besi yang membantu kita
melukis asap pada dapur tanah
reot bersama gumpalan debu
menyelimutinya

padahal, awalnya dia kawan kita
dan dewa fortuna untukmu
sebelum engkau datang menyeretnya
dan memaksanya melukis pasir dengan karat

Pondok biru, sabtu (14 oktober 2006)

Sunday, October 08, 2006


Muliakanlah keluargamu karena mereka adalah sayap untuk menerbangkanmu, tempat asal untuk kepulanganmu, dan tanganmu untuk mencapai keinginnmu (Ali Bin Abi Thalib)

Jangan kamu sibukkan hatimu dengan kesedihan karena yang hilang darimu, sehingga kamu tidak sempat bersiap sedia untuk menerima yang datang padamu (Imam Ali)

to you


Sahabat terbaik adalah sahabat yang senantiasa menjadi sayap buat kawannya ketika ia udah tak mampu untuk terbang. Perjuangan belum usai, perjuangan tak membutuhkan tepuk tangan... perjuangan akan ternilai jika diikuti dengan rasa ikhlas demi jihad!!!

Jejak Tersisa

    Nama :
    Web :
    Jejak :
    :) :( :D :p :(( :)) :x
Muchniart Production @ 2006