Friday, July 28, 2006

Aku dan Kenangan

aku berpijak pada tempat mimpi kutabur
dan amanah terbahasakan
tempat berpuluh sosok berusaha menjadi
dan tempatku belajar tentang makna sebuah perjuangan

gedung tua ini terlalu banyak melukis kenangan
dimana kita saling memberi dan memotivasi
dikala resah melodi berbagi
saling mengingatkan
pada sebuah konvensi yang memangari istana hijau kita

detik ini, aku masih berdiri
pada tempat kenangan kita
menatap atap-atap yang memudar
serta ubin putih yang retak
untuk memunguti sisa-sisa perjuangan
agar kelak dapat menjadi teman
dalam kesendirianku
yang setiap aku rindu, akan kurilis kembali
pada kamar rekaman mimpi.

tepi danau UH, jumat/28 juli 2006

Danau dan Mimpiku

menatap aliran danau yang hijau
aku teringat pada ketengangan jiwa
pada kelembutan langkah
dan pada kepasrahan air oleh terpaan angin
menatap gejolak syahdu
aku dihimpit ragu
benarkah danau seanggun yang kusangka?

aku sama sekali tak menyaksikan gejolak
yang ada hanyalah barisan air
laksana laskar patuh
aku tak temukan pasang
karena langkahnya begitu lurus

coba seandainya ketenangan danau itu
kuusik dengan sengenggam kerikil
hanya dibalas dengan teriakan riak
bukan gelombang mematikan
dan riak tiu perlahan dimanjakan oleh waktu
dan sekejab seolah tak terjadi apa-apa

menatap pada permadani biru
aku terbawa arus pusaran imaji
tentang hidup bak aliran danau
meski hidupku tak layak disandingkan dengannya
namun setidaknya kuingin belajar pada ketenangan danau
dimana usikan-usikan manusia
tidak menjadi penentu langkahku
penyebab kesendirianku
dan penyulut bara egoku

tepi danau UH, jumat/ 28 juli 2006

Tuesday, July 25, 2006

Ukhtiku Sayang (sebuah puisi)

Saban hari kian berganti
Demikian halnya
Dengan ranting-ranting pohon yang semakin menua
Masihkah engkau ukhtiku yang dulu?
Yang menyulam harapnya dengan indah
Menanti cemasnya di beranda Cinta
Menata akhlaknya di tengah rimbunan mawar putih
Meniti citanya di atas jembatan emas
Dan menyatukan akalnya dalam air mata hikma

Entah, mengapa ukhtiku sayang
Saat kutatap guguran daun menguning
Oleh angin sepoi senja
Aku tiba-tiba mengingatmu
Saat kita sama-sama berjuang
Menyuarakan kehendak kaum kita
Saat kita sama-sama berteriak lantang
Dengan pembesar suara, satu-satunya milik kita
Dan saat kita sama-sama saling menopang
Demi secuil senyum generasi kita

Ukhtiku sayang
Bisikan angin itu menghantarkan rindu
Walau dulu sempat kuberpikir
Apakah aku benar-benar sayang padamu?
Lantaran hadirnya sebuah kisah
Yang tak pernah kusangka didongengkan oleh putri suci sepertimu
Tetapi manusia bisa khilafkan?
Bisikku lagi menepis ketidakpercayaanku
Dan itulah kelemahan kaum kita
Yang terkadang terlalu diperbudak ‘rasa’
Sehingga sulit dibedakan
Antara memberi dan menerima
Antara CINTA dan suka
Ataukah antara sahabat dan kekasih

Walau begitu
Aku berusaha sayang padamu
Sebab kutahu di balik semua itu
Kita berdua menata asa
Untuk saling memahami dan berbagi
Sehingga gerbang maaf harus kita buka
Aku tak tega benci padamu
Walau saat itu ada sebilah sembilu yang menancap tajam
Karena kudengar kabar bintang
Bahwa puteri suciku, saat ini berusaha
Menata dan memaknai diri
Kusaluti kegigihanmu, saudariku

Ukhtiku sayang
Moga CINTA ini tak goyah lagi oleh cerita senja
Sehingga aku benar-benar yakin engkaulah saudari terbaikku
Karena sekali lagi aku sayang padamu
Dan tak ingin melihat tubuhmu semakin miris
Oleh tikaman perasaanmu sendiri
Jangan dengar kata orang!
Karena aku dan dia hanya merangkai persahabatan
Tak ada yang lebih
Tapi jika itu lagi-lagi menyulut mutiaramu tumpah
Aku akan membendungnya
Dengan gurauan-gurauanku, hingga mendung tersapu mentari
Aku akan selalu di sisimu, meskipun harus mengabaikan dia
Bukankah kita hidup untuk saling berbagi
Baik itu suka, maupun duka
Jangan pendam laramu sendiri, sebab aku ada disini

Uhktiku sayang
Tolong dengarkan lantunanku
Masihkah engkau seperti yang dulu?
Ataukah jati diri itu telah kau temukan?
Mungkin saat kita berjumpa lagi
Kuingin melihatmu lain dan lebih dari yang dulu
Uktiku
Selamat malam ya!
Saat ini udara terlalu dingin
Untuk aku berlama-lama
Menatap rembulan dibalik jendela
Dengarkan aku, sebelum matamu terpejam
Jika kelak ‘rasa’ yang membuat dulu kita sempat, jauh hadir lagi
Jemputlah ia, bak setetes air yang jatuh di telapak tanganmu
Tapi jangan coba kau perangkap ia dalam genggaman
Sebab air itu pasti akan merembes kesela-sela jarimu
Biarkan telapak tanganmu tetap terbuka
Agar ‘rasa’ itu tidak pergi kemana-mana
Bukankah CINTA bukan untuk dimiliki?

Ukhtiku sayang
Mungkin aku hanya mampu mengarang kisah dalam imajiku
Karena guguran daun ternyata berganti tunas baru
Banyangmu lagi-lagi hadir
Bahwa tak mungkin kisah kelam akan terluang lagi
Karena hingga sekarang aku masih yakin
Engkaulah ukhtiku yang tersayang

(pondok biru, kamis/ 6 Juli 2006)
Buat @####??? afwan ya..jika apa yang kulakukan selama ini membuatmu terluka. aku sayang padamu ukhti so jangan paksa aku untuk menebis rasa sayang itu.

Cerita Untuk Sahabat (Sebuah Puisi)

Sahabatku….
Jalan kini penuh lumpur
Dan senja itu kabut muram
Pandanganku tak dapat menembusnya
Hingga terjatuh di jalan berlubang
Mungkin inilah pilihan yang terbaik untukku
Sebab tak mungkin kutembusi aral
Yang menantiku dipenghujung jalan
Dan tak mampu kusapu kabut
Yang berkompromi bersama malam

Sahabatku….
Aku tahu, kabar ini pasti menoreh luka
Bukan hanya untukmu tapi juga untukku
Kita sama-sama terluka
Namun demikian rangkullah
Kebesaran hati untuk menemani kita
Panggillah mentari pagi
Menerangi hati bersama
Agar luka menjadi suka yang tersirat

Sahabatku….
Engkau masih percayakan?
Tentang kisah kebesaran hati
Dan engkau juga dulu pernah berkata
Bahwa hidup ini adalah arena perjuangan
Hidup ini selalu mengikutkan pilihan
Sekarang DIA menyusun satu skenario indah
Untuk mengijabah ucapanmu
Dimana pelakonnya adalah aku dan kamu
Persahabatan kita sekarang diuji
Dengan sebuah peristiwa
Yang menuntutmu adil
Namun aku tetap percaya
Persahabatan takkan kau jadikan taruhan
Sebab jika itu terjadi
Persahabatan tak lebih dari sebuah arena perjudian
Yang selalu menuntut sang pemenang

(Pondok Biru, kamis/ 13 Juli 2006)

Jejak Tersisa

    Nama :
    Web :
    Jejak :
    :) :( :D :p :(( :)) :x
Muchniart Production @ 2006