Saturday, February 18, 2006

Aral stasiun (sebuah puisi\)

di stasiun kereta
mataku tertumbuk
pada sederetan pencari nafkah
dan berbagai karekter manusia

Aku awalnya tak perduli
bahkan enggan tersenyum
kemudian kulihat binar di matanya
yang menyapa pada kepedihan tatap

Kurasakan tubuhku bergetar
keangkuhanku berlutut
ternyata aku juga manusia lemah
layaknya mereka yang mengadu nasib di koridor stasiun

Jogja(stasiun lempuyangan),15 februari 2006

Keteladanan semut kecil (sebuah puisi0

Lihatlah kawan kecilku
bahwa aku kagum pada semangatmu
dengarlah sahabat mungilku
begitu indah jama'ahmu

Kusaluti engkau tentara merah
dengan senyum paling manisku
tetapi sebelumnya izinkan aku bertanya
hendak kau bawah ke mana sebiji gandum yang barusan kau usung

Dan apakah yang kau lakukan
saat bertemu dengan saudaramu
hingga mesti berhenti sejenak
sebelum kakimu kembali menyisir jalan

Jogja(UII), 15 februari 2006

idealisme dan bapak berkemeja putih (sebuah puisi)

Kubertanya pada angin
saat sebatang pohon memanggilku singgah
pada keletihan menyuarakan idealisme
aku kemudian berpikir
akan kubawa ke mana idealisme ini
saat maut tak mau kompromi
karena menurut mereka
banyak badai menguncang idealisme

Angin menyibakkan kerudungku
dan kutemukan jawabnya
pada seorang bapak berkemeja putih
lewat sosoknya ia bercerita
dunia aktivis yang menjadi jubahnya dulu
lantas ia bertanya pada diriku
dan terbakarnya wajah
memberi simbol bahwa kami
baru saja mengobarkan api perlawanan

Dia pun mengembangkan senyum
kemudian berlalu pergi
maka kurasa angin kembali membelaiku
bahwa ia adalah seorang aktivis saat dulu
dan kini idealismenya tetap terpatri
pada pengabdiannya membimbing anak bangsa
dialah diantara satu sosok terbaik
sebab, dulu, kini dan akan datang
idealismenya utuh dari hantaman materialisme

jogja, 14 februari 2006

idealisme dan bapak

Satu nama (sebuah puisi)

hanya satu nama
dapat kuingat saat ini
karena aku masih ragu
pada titipan nama yang lain

Hanya satu nama
yang dapat kugema
karena ialah yang selalu memangil
saat kuingin kembali pulang

Hingga mungkin nanti
masih akan tetap satu nama
karena cinta-Nya memagari diri
pada perzinahan dalam hati

Jogja, 15 februari 2006

Kabar Berbisik ( sebuah puisi)

Ketika kabar merangkai cerita
penapun enggan berhenti melaju
menggoreskan keresahan-keresahan
akan senandung kabar
yang diberitakan oleh angin

Tetapi saat kabar tersemat panjang
melantunkan galau mencipta igau
pada arti kebenaran kabar
karena rendahnya sebuah nilai
entah itu benar ataukah bisikan sesaat

Jogja, 14 Februari 2006

Juang dan Pikir (sebuah puisi)

saat kau berjuang
maka aku coba berpikir
saat kau berpikir
maka aku juga coba berjuang

Aku dan kamu satu
berjuang dan berpikir sehati
sebab berjuang tanpa berpikir, celaka
dan berpikir tanpa berjuang, binasa

Jogja (gedung pemuda ), 11 februarti 2006

Intelektual XY (sebuah puisi)

Hilang satu generasi
berlalu dalam taut jenuh
memalingkan senyum pada ketidakpuasan ambisi
melayang dalam pusaran
ego yang memuncah
merogoh kepongahan pada presepsi diri

maka sekarang dengarlah!
Kuharap,m sapalah hatimu
apakah dia juga demikian
lantas pandanglahm intelektual di sekelilingmu
dan biarkan akal jalin imaji
bahwa generasi XY
berpikir demi peradaban humanis-transenden

Gedung pemuda (jogja), 10 Februari 2006

Aura Samudera II (sebuah puisi)

Pagi, kusambut dengan
langkah lelah
dalam petualangan membelah samudera

Lantas, perhatianku berpaling
pada kilau yang berlalu semalam
putriku kini telah terbangun

Nampak lebih cantik
Cahaya semakin kemilau
dan akupun bahagia

samudera kini siap
menyambut langkah paduka
beserta prajurit pengawal laut

seindah matahari terbit
mengirim cinta sinar
dan aura kebangkitan umat


KM.Bukit siguntang, 09 februari 2006

Aura samudera I (sebuah puisi)

sepanjang pantai yang nampak
hanya riak air oleh gesekan kapal
meskipun di sekelilingnya
tetap tenang dan bersahaja

Semburat cahaya perlahan surut
samar awan nampak bagai barisan pulau
dan menyapalah surya pada
kedalaman usia

Sebentar lagi ia akan kembali
berganti malam yang entah akan mengisahkan apa
yang terlihat olehku saat ini
adalah tatapan surya
menyibak pertanyaan jiwa yang diguncang gunda

Kilau emas diantara hamparan putih
serentak menebar pesona memukau samudera
ia berdiri anggun bak putri bergaun putih
dengan mahkota emas yang sebentar lagi terlelap

KM.Bukit siguntang, 08 februari 2006

Terpinang Senyum (sebuah puisi)

Kupandang mata
yang juga menatapku
kubalas senyum
pada dia yang mengulas senyum

Aku tertunduk, malu!
pada diri dab kelancanganku
kurasa qalbu menggertakku
akan diriku yang tak bisa menjaga diri
dan angugerah dari-Nya

Dan kembali kulihat selaksa
senyum menyelinap
diantara tumpukan manusia
tetapi kali ini senyum itu tampak lain

Sebuah senyum yang begitu tulus
tanpa hasrat dan kuasa
seyum indah berbalut kepolosan cinta
dari si bibir mungil bocah bermata sipit

Selanjutnya terjalinlah canda
karena senyum itu mengirim isyarat akrab
dab kepolosannya itu
yang mengundang aku semakin terpinang

KM. bukit Singuntang, 08 februari 2006

Kraton Langit (sebuah puisi)

Keheningan menikam cekam
dalam perjalanan tanpa pesona
serentak kulajukan langkah
pada tebar aura bintang
dikesenduan cakrawala

Ada sejuta cahaya
menyapa kelam dengan kelip
berbagai rasi terhampar
menjalin perisai mengawal langit

Mungkin inilah yang disebut Tuhan
pada hambanya agar mensyukuri malam
sebab semakin kutatap hamparan itu
perlahan kulihat ia membangun kraton
dengan atap-atap cahaya dan tiang-tiang gemerlap

Kubaca kuasa-Nyasaat kraton yang kudirikan
di langit malamku mulai sempurna
ada rasa takjub, ada rasa syukur
sehingga kan kubawa kratonku dalam hati ini

KM.Bukit siguntang, 08 februari 2006

Jejak Tersisa

    Nama :
    Web :
    Jejak :
    :) :( :D :p :(( :)) :x
Muchniart Production @ 2006