« Home | Kereta semu (sebuah puisi) » | Aral stasiun (sebuah puisi\) » | Keteladanan semut kecil (sebuah puisi0 » | idealisme dan bapak berkemeja putih (sebuah puisi) » | idealisme dan bapak » | Satu nama (sebuah puisi) » | Kabar Berbisik ( sebuah puisi) » | Juang dan Pikir (sebuah puisi) » | Intelektual XY (sebuah puisi) » | Aura Samudera II (sebuah puisi) »

Seniman Kereta (sebuah puisi)

dengan bermodal tepuk tangan
dengan menggandeng gitar mungil
alunan suara pas-pasan
dan pakaian yang dipaksakan kerea
mereka bernyanyi bersama berisiknya roda kereta

mungkin mereka berkata
bahwa yang mendengar itu bahagia
bahwa yang mengguk itu terharu
padahal irama itu kurasa malah mengundang benci

sebab dendangannya setengah hati
karena lagu tak dijiwai seni
lantunan itu diharap mengalirkan receh
yang kepingannya tak tentu ikhlas

Jakarta, 16 februari 2006