« Home | Air Mataku Bukan Untuk Negeriku (sebuah puisi) » | Sepotong Besi (sebuah puisi) » | Muliakanlah keluargamu karena mereka adalah sayap ... » | to you » | Sekedar Melempar Tanya » | Indah...Cantik » | KENAPA?????????????(Sebuah Puisi) » | Pipit Hitam (sebuah Puisi) » | Narasi Gundah Seorang Kawan » | Aku dan Kenangan »

Hidup Sebatang Lilin (sebuah puisi)

dia pernah berkisah
ingin hidup layaknya sebatang lilin
lebur menerjang gelap
memberi sinar pada kedalaman pandang
sampai akupun marah padanya
dan memadamkan hasratnya
mengejar mimpi hidup sebatang lilin

dia bertanya padaku
"bukankah hidup butuh pengorbanan?
itukan yang kau ajarkan padaku?"
meski aura murka itu masih ada
dia tetap ingin menjadi sebatang lilin
yang harus memendam senyum
untuk keceriaan saudaranya
bukankah lilin juga seperti itu?
yang tak ingin terus menyala
sementara yang lain merasa terpadamkan

aku tak rela melihatnya
menjadi sebatang lilin
namun dia terus memaksaku
"engkau melarangku menjadi sebatang lilin
tetapi realitas memaksaku begitu
sebagai konsekwensi kebersamaan hidup
kadangkala ambisi pribadi harus diduakan
untuk kesatuan kita
dan persahabatan dibungkam
agar yang lain tak merasa diabaikan!"
bukankah lilin juga seperti itu?

kukatakan padanya
"justru itu yang tak kumau"
lantas dia tersenyum padaku
"aku sayang padamu
yang melarangku menjadi sebatang lilin
yang tak membiarkanku lebur dalam sunyi
apa yang harus aku lakukan?
aku terlanjur menjadi lelehan lilin
yang luruh terbakar
meski engkau ingin menolongku
semua sudah terlambat
lelehan itu akan menempel di tanganmu!"

"sudahlah sobat!"
aku tak ingin mendengar
engkau juga ikut jatuh
oleh lelehan sebatang lilin
dari saudara kecilmu yang cengeng
cukup aku yang menjadi sebatang lilin
tak usah kau peduli
atau ikut lebur bersamaku
karena sebatang lilin
sudah terbiasa hidup sendiri!

aku tak bisa mencegahnya
perlahan kulihat titik api
membakar kepalanya
terus.... terus ke bawah
hingga seluruh tubuhnya lebur
SELAMAT MENJADI SEBATANG LILIN, KAWAN!