« Home | Telaga Berkisah ( sebuah puisi) » | JERAMI HIJAU (Sebuah Puisi) » | Elegi sepenggal hari ( Sebuah Puisi) » | Pendar risau (sebuah puisi) » | Senandung Pagi » | Senandung Angin (sebuah puisi) » | Tarian Ilalang (Sebuah Puisi ) » | Tarian Ilalang (Sebuah Puisi ) » | CERITA SELEMBAR DAUN ( Sebuah Puisi ) » | YANG KUCINTA ( Sebuah Puisi ) »

Altar Ego ( sebuah puisi)

pukul 09.00 seorang ibu berjalan tergopoh-gopoh
ia menepaki ruang dengan telapak berdarah
tiada siapa yang tahu, apa dan mengapa?
tanpa berkomentar panjang
hamburan kata-kata terucap dari bibirnya
Adil... dimana keadilan-Mu?
disaat aku harus mengais kepingan logam
di pinggiran jalan dengan tatapan hina mereka!!
Apakah Engkau memang pengasih?
kantas mengapa gasid kecilku harus menggantungkan hidupnya
pada recehan yang kuraih hari ini!!

Belum habis ia berucap
pukul 09.00 berikutya
hadir sosok jelita dengan simbahan air mata
Semua ini bukan salahku?
Bukan pula mauku?
tetapi Engkaulah yang mencipta dan merekayasa realitas
Hidupku menjadi seorang pengabdi nafsu
Mengapa sebelum mautku datang
Engkau telah membuka gerbang jahannam buatku?
apakah semua dosa mesti kuemban?

Hingga 09.00 dini hari
Hadir seberkas cahaya yang membisikkan kata :
"dunia adalah altar ego
dimana setiap manusia melakukan pertarungan
jika engkau tak mencoba memahami
maka altar ego dipersiapkan untukmu
jalani apa adanya, karena Tuhan sesungguhnya maha adil"

makassar, 02 Desember 2005