« Home | Goresan Kecil Buat Penyairku (sebuah puisi) » | camar dan mega merah (sebuah puisi) » | Hidup Sebatang Lilin (sebuah puisi) » | Air Mataku Bukan Untuk Negeriku (sebuah puisi) » | Sepotong Besi (sebuah puisi) » | Muliakanlah keluargamu karena mereka adalah sayap ... » | to you » | Sekedar Melempar Tanya » | Indah...Cantik » | KENAPA?????????????(Sebuah Puisi) »

Spektrum Hitam Putih (sebuah puisi)

jarak itu semakin membentang
melewati batas pandangku
warna yang dulu menghiasi jalan kita
terperangkap dalam spektrum hitam-putih
tak ada gemerlap
yang mestinya kita tatap bersama
sebab kabut hitam menyembunyikan gemintang
padahal cahanya itu selalu menyilau
kala duka, menyapa kita

sepotong bulan pun enggan tersenyum
lantaran mendung memperebutkannya
dengan langit cerah kita
padahal dulu, saat kelam
tawa kita tetap berpadu
dengan setitik cahaya
yang kita cari bersama
kelakar begitu mudah tercipta
lantaran banyaknya cerita cinta
perjalanan Karl Marx, Descartes, Lenin,
Imam Khomeni, Ali syariati, Aris toteles, Plato bahkan Tommy&Jerry

aku semakin tertatih
jika harus menepaki jalan berjarak
sebab dayaku tak mampu mengikuti
lantaran kita terlanjur
memasang pagar beton
bersemat kawat berduri
berlapis ego dan kesombongan
padahal jarak itu tak semestinya ada
karena atap kita berpintu satu
meski ada merah, orange, hijau dan biru
yang memainkan melodi di dalamnya
karena dulu kita sama berikrar
untuk berlari di atas pelangi

kini jalanku semakin berjarak
oleh spektrum hitam-putih
mengabaikan warna-warni
bias kromatografi kertas
tak ada lengkungan pelangi!
tak ada lingkaran CINTA!
pautan tangan, tinggal sekedarnya!
ciuman sayang, menjadi langkah!
ucapan salam, menyisakan ritual belaka!
bertanya kabar, apa lagi!
kita telah terjatuh
dalam kubangan HITAM-PUTIH
yang tak semestinya ada
dan saling menghukumi

pondok biru, selasa (12 September 2006)