Revolusi Sebutir Debu (sebuah puisi)
Beruntunglah engkau dicipta dalam gejolak
Disaat api tak hanya membara dalam sekam
Dan pecahan beling
Tak hanya menusuk satu orang
Beruntunglah engkau dapat
Merasakan indahnya sebuah fitnah
Saat kebenaran berjalan menjahui logika
Dan sugesti menjelma belati
yang siap menerjang dadamu
beruntunglah engaku masih tegar
oleh sebuah senyum
disaat orang-orang di sekelilingmu
bermain dadu dan kartu ramalan
menaruh idealisme di telapak kaki
ambisi di atas kepala
saat berontak berbalas jeruji
beruntunglah, engkau masih teriak "tidak"
di antara letupan senjata
sederetan manusia berseragam
meski revolusi sudah tak bermakna
tak lebih dari tarian anarkis
dan nyanyian antagonis
setidaknya kita pernah duduk bersama
bercerita tentang revolusi
saat pandanganmu menangkap
butir-butir debu
yang menempel pada sederetan meja
tempat pendahulu kita bercengkrama
yang konon kabarnya mencetuskan misi revolusi
beruntunglah revolusi diterjang badai
menyisakan butir-butir debu di pundakmu
setidaknya aku masih bisa
menghapusnya dengan telapak tanganku tanpa kau minta
karena aku begitu mencintaimu
sebagai pemimpin revolusiku
engkau menamainya revolusi sebutir debu
yang kau cipta dari bentukan telapak tangan
saat engaku mengetukkannya
karena resah dihantam realitas
iya... ini adalah revolusi sebutir debu
revolusi yang tak butuh rupiah
tak butuh pengakuan dan retorika
melainkan hanya ingin
kumpulan titik-titik debu menjelma sahara
makassar, selasa(5 Desember 2006)
buat : pak presiden BEM UNM...........tetap semangat!!!aku berharap engaku bisa membaca puisiku ini secepatnya. oh ya...tubuh emang bisa dipenjara kawan but pikiran TIDAK!!!!!!!!!!