Cerita Untuk Sahabat (Sebuah Puisi)
Sahabatku….
Jalan kini penuh lumpur
Dan senja itu kabut muram
Pandanganku tak dapat menembusnya
Hingga terjatuh di jalan berlubang
Mungkin inilah pilihan yang terbaik untukku
Sebab tak mungkin kutembusi aral
Yang menantiku dipenghujung jalan
Dan tak mampu kusapu kabut
Yang berkompromi bersama malam
Sahabatku….
Aku tahu, kabar ini pasti menoreh luka
Bukan hanya untukmu tapi juga untukku
Kita sama-sama terluka
Namun demikian rangkullah
Kebesaran hati untuk menemani kita
Panggillah mentari pagi
Menerangi hati bersama
Agar luka menjadi suka yang tersirat
Sahabatku….
Engkau masih percayakan?
Tentang kisah kebesaran hati
Dan engkau juga dulu pernah berkata
Bahwa hidup ini adalah arena perjuangan
Hidup ini selalu mengikutkan pilihan
Sekarang DIA menyusun satu skenario indah
Untuk mengijabah ucapanmu
Dimana pelakonnya adalah aku dan kamu
Persahabatan kita sekarang diuji
Dengan sebuah peristiwa
Yang menuntutmu adil
Namun aku tetap percaya
Persahabatan takkan kau jadikan taruhan
Sebab jika itu terjadi
Persahabatan tak lebih dari sebuah arena perjudian
Yang selalu menuntut sang pemenang
(Pondok Biru, kamis/ 13 Juli 2006)
Jalan kini penuh lumpur
Dan senja itu kabut muram
Pandanganku tak dapat menembusnya
Hingga terjatuh di jalan berlubang
Mungkin inilah pilihan yang terbaik untukku
Sebab tak mungkin kutembusi aral
Yang menantiku dipenghujung jalan
Dan tak mampu kusapu kabut
Yang berkompromi bersama malam
Sahabatku….
Aku tahu, kabar ini pasti menoreh luka
Bukan hanya untukmu tapi juga untukku
Kita sama-sama terluka
Namun demikian rangkullah
Kebesaran hati untuk menemani kita
Panggillah mentari pagi
Menerangi hati bersama
Agar luka menjadi suka yang tersirat
Sahabatku….
Engkau masih percayakan?
Tentang kisah kebesaran hati
Dan engkau juga dulu pernah berkata
Bahwa hidup ini adalah arena perjuangan
Hidup ini selalu mengikutkan pilihan
Sekarang DIA menyusun satu skenario indah
Untuk mengijabah ucapanmu
Dimana pelakonnya adalah aku dan kamu
Persahabatan kita sekarang diuji
Dengan sebuah peristiwa
Yang menuntutmu adil
Namun aku tetap percaya
Persahabatan takkan kau jadikan taruhan
Sebab jika itu terjadi
Persahabatan tak lebih dari sebuah arena perjudian
Yang selalu menuntut sang pemenang
(Pondok Biru, kamis/ 13 Juli 2006)