« Home | Aku Manusia Biasa (Sebuah puisi) » | Cerita zaman (sebuah puisi) » | Reinkarnasi rasa (sebuah puisi) » | Melodi kamar 3 x 3 (sebuah puisi) » | Citra Puteri (sebuah puisi) » | Tanyaku Pada Rasa (sebuah puisi) » | Romansa Cinta (sebuah puisi) » | Seniman Kereta (sebuah puisi) » | Kereta semu (sebuah puisi) » | Aral stasiun (sebuah puisi\) »

Selembar kain yang tersemat rapi
itukah yang kau andalkan
sementara dibaliknya tawamu tetap terdengar
dan tingkah anehmu juga terbaca
benarkah kau mengharapkan selembar kain itu?

Selembar kain ini kini tersulam indah
menutupi tubuh cantikmu
tapi tak sanggup menyembunyikan
sebuah lukisan keanggunanmu
masihkah kau percaya ia?

Sekarang dengarkan!!!
siulan mereka memanggilmu
padahal kau telah menutupi segalanya
adakah yang salah dengan gaun itu?
dan masihkah kau percayakan kesuciannmu dijaga olehnya?

Tapi dasar kalian!!!
bukannya malah intropeksi diri
malah semakin asyik dengan berbuat sesuka hati dengan kain itu
bahkan mencari-cari alasan untuk mengikutkan orang

SSTtttttttttttt.......
berhentilah berbicara tentang hijab,
berhentilah menodai jilbab itu
karena dia sebenarnya tak salah
engkau sendiri yang mengundang mereka tertawa
tingkahmu kawan...bukan karena aku yang mengajarkan jilbab
bukan karena suguhan diskusiku yang sarat Cinta

Makanya, jika kau percaya pada jilbabmu
jangan sungkan untuk berbuat
sebab ia akan jadi pelindungmu
jika engkau mampu bekerjasama dengannya
sehelai kain itu akan menjelma menjadi
rumah bagi kaumku
dan pelindung bagi kehormatanmu