« Home | Perjalanan 22:14 (sebuah puisi) » | Malam (puisi kiriman teman) » | Pelangi Di Baiturrahman » | Kepada Rindu (sebuah puisi) » | Harapan (puisi titipan dari sahabat) » | Kidung Pagi ( sebuah puisi ) » | Aura Cinta Wanita Bermata Cerlang (sebuah puisi) » | Pejamkan Matamu (sebuah puisi) » | Bisiki Hatimu (sebuah puisi) » | Persahabatan Maya (sebuah puisi) »

Menanti Bintang Jatuh ( sebuah puisi)

Sepoi datang bertandang
mengibarkan tirai kelam kekalutan
meramaikan semedi alienasi diri
meniupkan nafas kerinduan
pada manusia-manusia abad 21
yang sengaja mencipta penjara fungky
kemudian bermain api
dalam absurditas
serta menghirup ketamakan
untuk mencipta prestise
dan setiap dentingan waktu
tak menyisakan detik
berterimah kasih

Disana-sini perampokan kepercayaan
pembajakan aset negara tak mau kalah
teriakan rakyat diabaikan
perut membusung tak masalah
leher si kecil semakin terjepit
tapi penguasa malah
tertawa pada korupsi atas nama rakyat

Lantas apa lagi yang patut dirayakan
ataukah sekarang tradisi pun telah di kebiri
hingga kekalahan tahun kemarin
disambut dengan percikan kembang api?!!?
bagiku kesadaran kini telah terhipnotis
hingga kisah negeri dongeng dijadikan dogma
menanti bintang jatuh
sementara ia juga berusaha kokoh
maka bermunajatlah untuk semesta
agar masa tak selamanya berduka

makassar, 1 Januari 2006