« Home | Menanti Bintang Jatuh ( sebuah puisi) » | Perjalanan 22:14 (sebuah puisi) » | Malam (puisi kiriman teman) » | Pelangi Di Baiturrahman » | Kepada Rindu (sebuah puisi) » | Harapan (puisi titipan dari sahabat) » | Kidung Pagi ( sebuah puisi ) » | Aura Cinta Wanita Bermata Cerlang (sebuah puisi) » | Pejamkan Matamu (sebuah puisi) » | Bisiki Hatimu (sebuah puisi) »

Panggilan Semesta (sebuah puisi)

Tenggelamnya surya
bukan berarti suramnya hidup
meskipun dia pergi membawa terangnya
tetapi seberkas sinar
tetap akan berkilau lagi
tatkala pulangnya menjemput
dewi malam dan peri bintang

Demikian halnya dengan
gugurnya dedaunan di musim kemarau
bukanlah mengisyaratkan kesedihan
sang dahan atau kerapuhan sang ranting
melainkan ia ingin mengajarkan arti
berbagi padsa kesulitan musim
inilah kepandaiannya
untuk mencegah penguapan telaga
yang diperebutkan saat kemarau

seperti panggilan semesta
maka matinya manusia
juga akan seperti itu
agar harmoni alam tetap mengalun
dan mata yang lain menjadi terbuka
tentang hakikat sebuah kematian
dimana akan mengantarkan
pada kebermaknaan hidup
dan menebis setiap kehampaan

makassar, 13 januari 2006