Amnesia (sebuah puisi)
Setelah sekian lama, sudah saatnya kini
coba kususun lagi kata demi kata yang dulu terlupa
dengan jari yang mulai kaku
dan sedikit harap yang baru kukumpulkan
entah... apa yang mesti kutulis
aku telah lupa segalanya
pada temannku, pada kampungku, pada kawan kecilku
bahkan pada diriku sendiri
meski demikian aku juga belum berani
berkata bahwa aku telah "amnesia"
Aku, terdiam untuk beberapa saat
mengamati dinding-dinding beku
yang beriring menghampiriku
sementara disekitarku musik-musik melankolik
memenuhi gendang telingaku
dan lamat-lamat kudengar dia memanggil
lewat bantuan muadzin dibalik musallah kampus
"apa yang mereka pikirkan sekarang?"
"Benarkah membungkukkan diri menyentuh tanah adalah solusi terbaik?"
Aku....??????????
Tak mampu kubahasakan apa yang kumau
terlalu banyak, mungkin sehingga ia mengabur dan mengendap
ataukah aku harus membuat daftar apa mauku...dan bagaimana kuraih ia
tak lupa pula kutulis seberapa besar peluang dan tantangannku
tapi....Akh...semua itu sudah kulakukan dulu
saat aku masih berseragam merah muda.
aku tak ingin memngulangi lagi
Sastra.......
sia-sia kutanggung nama ini
jika hanya untuk hidup kau harus tak lebih kumal
dari pemulung sampah
tak lebih tolol dari orang yang dikatakan gila
Akhhhhhhhhh........aku lelah
kapan aku berhenti berharap
kapan aku berhenti teriak sementara setiap hari
anak-anak jalanan tak mampu buat aku tenang
penjual nasi bungkus yang dirampas uangnya buat aku geram
preman-preman jalanan, mengundang tangannku untuk mematahkan keangkuhan meraka
tetapi sekarang,....aku hanya duduk
ditemani tuts-tuts komputer
dan berdialog dengan monitor
untuk menyusun strategi kono
yang tak pernah dihargai oleh orang lain
padahal aku ingin berbuat untuk mereka
bukan untukku yang katanya "amnesia"
meski kuyakin saat ini, kita semua mengidap "amnesia"
entah itu bersarang di otak, hati atau panca indra yang lain
coba kususun lagi kata demi kata yang dulu terlupa
dengan jari yang mulai kaku
dan sedikit harap yang baru kukumpulkan
entah... apa yang mesti kutulis
aku telah lupa segalanya
pada temannku, pada kampungku, pada kawan kecilku
bahkan pada diriku sendiri
meski demikian aku juga belum berani
berkata bahwa aku telah "amnesia"
Aku, terdiam untuk beberapa saat
mengamati dinding-dinding beku
yang beriring menghampiriku
sementara disekitarku musik-musik melankolik
memenuhi gendang telingaku
dan lamat-lamat kudengar dia memanggil
lewat bantuan muadzin dibalik musallah kampus
"apa yang mereka pikirkan sekarang?"
"Benarkah membungkukkan diri menyentuh tanah adalah solusi terbaik?"
Aku....??????????
Tak mampu kubahasakan apa yang kumau
terlalu banyak, mungkin sehingga ia mengabur dan mengendap
ataukah aku harus membuat daftar apa mauku...dan bagaimana kuraih ia
tak lupa pula kutulis seberapa besar peluang dan tantangannku
tapi....Akh...semua itu sudah kulakukan dulu
saat aku masih berseragam merah muda.
aku tak ingin memngulangi lagi
Sastra.......
sia-sia kutanggung nama ini
jika hanya untuk hidup kau harus tak lebih kumal
dari pemulung sampah
tak lebih tolol dari orang yang dikatakan gila
Akhhhhhhhhh........aku lelah
kapan aku berhenti berharap
kapan aku berhenti teriak sementara setiap hari
anak-anak jalanan tak mampu buat aku tenang
penjual nasi bungkus yang dirampas uangnya buat aku geram
preman-preman jalanan, mengundang tangannku untuk mematahkan keangkuhan meraka
tetapi sekarang,....aku hanya duduk
ditemani tuts-tuts komputer
dan berdialog dengan monitor
untuk menyusun strategi kono
yang tak pernah dihargai oleh orang lain
padahal aku ingin berbuat untuk mereka
bukan untukku yang katanya "amnesia"
meski kuyakin saat ini, kita semua mengidap "amnesia"
entah itu bersarang di otak, hati atau panca indra yang lain