« Home | Bunda Berhati Sutera ( Sebuah puisi ) » | Semburat Hidup ( sebuah puisi ) » | Di tengah Kabut Kutemukan Dia ( sebuah cerpen) » | Ada Pelangi Di Terik Mentari ( Sebuah Puisi) » | Aku Ingin Mencintai Dengan Sederhana ( Sebuah Puisi) » | Mencintai Dengan Sederhana (Sebuah Puisi) » | Altar Ego ( sebuah puisi) » | Telaga Berkisah ( sebuah puisi) » | JERAMI HIJAU (Sebuah Puisi) » | Elegi sepenggal hari ( Sebuah Puisi) »

Dualisme Malam ( sebuah puisi )

Jika semburat hitam
telah membunyarkan pandangan
banyak yang ceria
dan ada pula yang meratap
sebab malam adalah
arena kepahitan hidup
altar kepura-puraan semata
lukisan kepasrahannya
dan mimpi buruk bagi langit

Coba kau tanya
pada rumput kecil
apa arti malam baginya
yang jika gelap
ribuan telapak mencerca
sapuan tangan kasar
mencerabut dan dia pun terkapar

Lalu temuilah setiap atap
bukankah malam..
memaksa mereka untuk
terdiam dalam kepahitan?
dan terbenam dalam
kutukan nasib

Lantas liriklah
hamba pada keheningan malam
akan kau dapat
keberserahan diri
dalam khusuknya sujud seorang hamba
karena malam tak selamanya kelam
tapi kekelaman
akan mencerminkan perenungan
inilah dualisme malam

makassar, 20 desember 2005